Salah satu modal saya untuk mendampingi siswi ditahun yang baru ini adalah buku yang saya beli dari pelatihan bersama Bapak Anthony Dio Martin saat pelatihan bagi guru-guru Santa Ursula Pos. Saya anggap dengan membeli buku ini adalah bentuk investasi saya untuk lebih dapat mengembangkan diri dalam pendampingan kepada siswi-siswi. Judul Bukunya adalah "Mental Detox, Improve Your Personal Excellence".
Sangat menarik melihat isi buku ini. Menjadi menarik bagi saya karena banyak cerita-cerita yang menginspirasi, salah satu yang membuat saya tertarik adalah daftar isi yang berjudul Sukses Melalui Kegiatan Membaca. Mengelitik bagi saya salah satu ceritanya sehingga membuat saya berefleksi. Thanks a lot Pak Martin.
Cerita dalam buku tersebut adalah demikian.
Suatu hari, raja menghadiahi Nasrudin Hoja yang cerdik dengan seekor keledai. Namun, dengan licik raja berkata, "Saya memberimu keledai ini, tetapi ajari dulu keledai ini membaca. Dua minggu lagi datanglah kembali kemari. Saya ingin lihat hasilnya."
Nasrudin pun membawa pergi keledai itu dengan riang.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, raja menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu dan membuka sampulnya. Sejenak, si keledai menatap buku itu. Namun, lama-lama keledai itu mulai membolak-balik halaman buku dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai akhir buku. Semua orang bertepuk tangan melihatnya. "Demikianlah, "kata Nasrudin, "keledaiku sudah bisa membaca."sang raja kagum bertanya,"Bagaimanakah caramu mengajari keledai ini membaca?"Nasrudin pun kahirnya membuka rahasia. Begini baginda. Waktu tiba di rumah, saya sempat bingung. Tetapi, ketika melihat keledaiku sedang makan, saya pun mendapatkan ide. Saya menyiapkan lembaran-lembaran kertas besar mirip buku yang sudah saya sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu terpaksa harus belajar membalik halaman agar bisa memakan biji-biji gandum. Kalau tidak, ia pasti kelaparan. Akhirnya, ia menjadi terlatih untuk membalik-balik halaman buku dengan benar. Itu yang saya ajarkan."
"Tapi,"tukag raja tidak puas, "bukankah ia tetap tidak mengerti apa yang dibacanya?" Sambil tersenyum Nasrudin menjawab, "Ya, memang begitulah perbedaan antara keledai dan manusia dalam membaca. Ia hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sama seperti keledai bukan?"
Demikian cerita yang disampaikan Pak Martin dalam buku ini...
Ini menjadi bahan refleksi saya bahwa seringkali bahwa kita membalik-balik buku, tetapi tidak mampu mencerna apa yang tertulis di buku. Lebih banyak belajar dan membaca banyak hal, tetapi hanya ada dalam kepala sehingga tidak pernah bisa menerapkan apapun sesuai isi buku.
Salam Senyum,
Tim BK
BIMBINGAN KONSELING SMP SANTA URSULA JAKARTA
Blog ini adalah sarana komunikasi dan pembelajaran yang dikelola oleh Tim Bimbingan Konseling SMP St. Ursula, Jl Pos - Jakarta. Kami menerima tanggapan sebagai partisipasi aktif dari Orangtua dan para siswi SMP St.Ursula, serta siapa saja yang memiliki perhatian pada perkembangan Keluarga Besar SMP St. Ursula, khususnya bagi diri siswi SMP St.Ursula. Terima Kasih.
Minggu, 23 Agustus 2015
Selamat Datang Tahun Pelajaran 2015/2016
Setelah libur sekolah yang cukup panjang karena jadi satu dengan libur lebaran, maka mulailah kembali tahun pelajaran yang baru. Melihat siswi kelas VII yang baru yang penuh semangat dalam suasana MOS (Masa Orientasi Sekolah) memberikan juga energi yang baru di tahun pelajaran ini.
MOS SMP Santa Ursula Jakarta diawali pada hari Sabtu, 25 Juli 2015. Diawali dengan kata sambutan sebagai pengantar dari Sr. Noorwindhi Kartika Dewi, OSU selaku Kepala SMP Santa Ursula Jakarta maka MOS dengan tema "Peduli, Melayani dan Jujur" dibuka.
Wali kelas VII, yakni Pak Didik (VII-1), Ibu Tress (VII-2), Pak Iwan (VII-3) dan Ibu Ina (VII-4) senantiasa mendampingi siswi-siswi baru dengan penuh perhatian.
Bimbingan dan Konseling sendiri diberikan kesempatan pada hari pertama MOS untuk dapat memberikan layanan informasi kepada siswi kelas VII.
Tema yang dipilih tentunya adalah "Adaptasi Belajar di SMP". Waktu yang diberikan kurang lebih 70 menit.
Kegiatan layanan berjalan dengan sangat baik. Antusias siswi sangat terlihat dengan banyaknya siswi yang menjawab, bertanya dan sharing. Siswi yang aktif diberikan tanda bintang dan jempol sebagai apresiasi bagi mereka.
Dimulai dengan ibu Dewi yang berbagi tentang Sukses dan Pentingnya fokus pada tujuan. Dilanjutkan dengan adaptasi dan tips untuk dapat beradaptasi dengan baik.
Adaptasi tempat yang baru sebenarnya hal yang biasa dilakukan. Tidak hanya kelas VII, kelas VIII dan IX juga beradaptasi dengan teman-teman baru, suasana kelas dan belajar yang baru. Namun untuk siswi kelas VII tentunya berbeda karena mereka beradaptasi dengan lebih banyak perubahan, seperti sekolah yang baru, dengan budaya, aturan, komunitas yang baru.
Berikut ini dapat saya sharingkan cuplikan tips untuk dapat beradaptasi dengan baik yang kami berikan kepada siswi kelas VII.
1.Menata cara pandang kita tentang lingkungan baru misal: Jika tempat yang baru sangat mengedepankan religius maka juga menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, misal berpakaian sopan ketika ke sekolah walau bukan saat pelajaran.
2.Menata Diri/Persiapan Diri
3.Persiapkan Mental ; Berperilaku Baik, Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan
4.Mulai beradaptasi/tidak terlambat memulai.
5.Rajin memulai pembicaraan (murah senyum, sapa). Jika tidak terbiasa untuk menyapa paling tidak senyum kepada setiap orang yang ditemui.
6.Hargai Budaya dan Aturan di lingkungan baru, baik Tertulis dan Tidak Tertulis. Misal budaya yang tidak tertulis dalam peraturan seperti menjaga kebersihan. Sedangkan budaya dan aturan tertulis sudah dapat dibaca dan dipelajari melalui tata tertib sekolah.
7.Open Minded; Minta Bantuan jika memang ada kesulitan. Juga mau dibantu jika memang merasa kesulitan.
8.Keingintahuan; Motivasi terbesar yang dapat mengerakkan manusia untuk belajar adalah keingintahuan. Dengan ingin tahu untuk bisa lebih mendapatkan ilmu dan pengalaman maka semangat dan nyala api belajar akan selalu ada.
9.Mintalah penilaian dari orang-orang di sekitar kita. Kita butuh masukan dari orang-orang di sekitar kita tentang apa yang baik dan kurang baik yang telah dilakukan, tentunya hal ini membutuhkan kerendahan hati.
Sedangkan tips berkaitan dengan adaptasi akademik adalah:
a. Masuk sekolah/kelas tepat waktu.
b. Atur Waktu Belajar. (Tidak menunda-nunda)
c. Bertanya pada guru pada saat yang diberikan.
d. Mendengar penjelasan guru. (Sudah menyimpan 30% ingatan)
e. Gunakan waktu ulangan susulan dan remedial sebaik mungkin.
f. Gunakan waktu istirahat sekolah sebaik mungkin.
Demikian yang dapat kami sharingkan. Mudah-mudahan bermanfaat.
Salam Semangat,
Tim BK
Selasa, 03 Februari 2015
Persiapan Ujian Kelas IX
•
TENANG ; TETAP Fokus pada SOLUSI
bukan masalah
– Kunci keberhasilan dan kunci membuat keputusan yang
tepat adalah jika kalian tenang dan tidak emosional.
•
Rendah hati ; PREPARED
– Rendah
hati berbeda dengan Rendah Diri, Rendah hati adalah tahu bahwa kalian memiliki
potensi dan selalu berlatih untuk meningkatkannya…selalu positif dalam menerima
kritikan dan masukan yang tentunya berguna untuk pengembangan diri kita…Selalu
berlatih dan bersiap bahwa kesempatan akan tiba untuk kalian bersinar.
Rendah hati
tahu bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, namun selalu focus pada
kelebihan dan memperbaiki kekurangan diri dengan selalu berlatih.
Rendah
diri sebaliknya, tidak berprestasi sesuai potensi (underachiever)
– Atur
Waktu, Susun Prioritas; Dahulukan yang Penting
– Pahami
Tugas dan Kriteria
– Maintenance
Beban/Break Down
• DOA ; Sumber ketenangan adalah ketika kita mendaraskan diri pada sang
Ilahi…berusaha yang terbaik, selanjutnya kita serahkan pada Sang Ilahi…dengan
kekuatan ilahi kita selalu dapat memilih yang baik dan terhindarkan dari
pilihan sesaat dan emosional..
•
JAGA KONDISI TUBUH
– Makan
bergizi
– Tidur
dan istirahat cukup
– Kebutuhan
manusia yang paling mendasar adalalah kebutuhan fisiologis…sebelum kebutuhan lain
terpenuhi jika kebutuhan ini terpenuhi terlebih dahulu…
•
EMPATHY Pendengar yang tulus dan
motivator
– Kalian akan menghadapi banyak tugas dan
tantangan, sebagai teman dan keluarga
dari kelas angkatan ini, selalu hadir untuk teman dengan menjadi pendengar dan
motivator yang tulus….menepuk halus teman yang lagi loyo…
ASERTIF
Berani memilih yang baik
dan benar, Daya Kemauan dan Daya Menolak
Akulah sumber Pendorong
diriku sendiri
Mungkin inilah yang paling tersulit, mengalahkan
diri sendiri….menunda kesenangan saat harus bertekun dan focus pada tujuan,
tidak menunda-nunda, speak up..pada tlp yang gak penting, hal-hal yang gak
penting, buang buang waktu, bangkit ketika jatuh, terlalu banyak nonton
tv..dsb..
BELIEVE... TAHU TUJUAN APA....
USAHA... NANTI KITA BERSINAR SAMPAI KESANA
EVERYTIME READY TIDAK ADA KESEMPATAN
YANG SAMA
HANYA SATU KESEMPATAN
KALAU BERHASIL BUKAN KARENA KEBERUNTUNGAN TAPI
PERSIAPAN
Minggu, 14 September 2014
PERAN AYAH DAN KUALITAS KARAKTER ANAK (Fenomena Father Hunger)
Kebetulan sekali di suatu sore, di ruang antri dokter gigi tergeletak majalah wanita Kartini 2342 Edisi 21 Februari - 07 Maret 2013. Menarik sekali di artikel problematika ada judul Kurangnya Peran Ayah Menyebabkan Rendahnya Kualitas Karakter Anak.
Saya jadi terngiang masa kecil saya berasa bapak saya. Begitu banyak waktu bersama bapak. Dari pagi berangkat sekolah diantar bapak, sampai sore dan menjelang tidur kami sekeluarga selalu berdoa bersama dan kami berebutan meminta berkat dari bapak di akhir doa. Sangat merindukan suasana seperti itu lagi
Mungkin artikel ini bisa menjadi bacaan untuk para ayah dan ibu, yang tentunya di jaman sekarang ini seorang ayah dan ibu menjadi orang tua yang sudah sangat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sekarang ini yang begitu luar biasa.
Nah, berikut ini hasil ringkasan saya membaca majalah kartini...
Pendapat bahwa ibu adalah orang yang paling bertanggung jawab akan pendidikan dan pengasuhan anak sangat tertanam lekat dalam benak keluarga Indonesia. Peran ayah menjadi isu yang seolah tidak penting dibicarakan, padahal sebenarnya anak sangat membutuhkan karakter ayah, sama besar seperti memerlukan ibunya.
Saya jadi terngiang masa kecil saya berasa bapak saya. Begitu banyak waktu bersama bapak. Dari pagi berangkat sekolah diantar bapak, sampai sore dan menjelang tidur kami sekeluarga selalu berdoa bersama dan kami berebutan meminta berkat dari bapak di akhir doa. Sangat merindukan suasana seperti itu lagi
Mungkin artikel ini bisa menjadi bacaan untuk para ayah dan ibu, yang tentunya di jaman sekarang ini seorang ayah dan ibu menjadi orang tua yang sudah sangat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sekarang ini yang begitu luar biasa.
Nah, berikut ini hasil ringkasan saya membaca majalah kartini...
Pendapat bahwa ibu adalah orang yang paling bertanggung jawab akan pendidikan dan pengasuhan anak sangat tertanam lekat dalam benak keluarga Indonesia. Peran ayah menjadi isu yang seolah tidak penting dibicarakan, padahal sebenarnya anak sangat membutuhkan karakter ayah, sama besar seperti memerlukan ibunya.
Apabila berada di toko
buku, banyak buku dan pelatihan cara dan bagaimana menjadi ibu yang baik bagi
anak-anaknya. Ataupun jarang sekali buku atau penelitian bagaimana fathering skill dibutuhkan pria agar
bisa menjadi ayah yang baik.
Sekarang, seiring waktu
berjalan, fenomena baru timbul, yakni keinginan untuk memanggil kembali peran
ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak agar karakternya tumbuh sempurna.
Bukan tanpa alasan.
Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa kurangnya peran ayah tidak hanya
berakibat pada tidak sempurnanya tumbuh kembang karakter anak, namun juga
perilaku yang dibawa anak pada perkembangan selanjutnya kemungkinan akan member
dampak negatif pada lingkungan.
Penelitian di AS pada
15.000 remaja menunjukkan hasil: jika peran ayah berkurang, secara personal
akan mengakibatkan kemampuan akademik anak menurun, serta aktivitas dan
interaksi sosialnya terbatas. Selain itu terjadi peningkatan signifikan pada
jumlah remaja putri yang hamil di luar nikah, tingkat kriminalitas, dan
penyimpangan psiko-sosial.
Anak juga mengalami
ketakutan dan kemarahan yang tidak terkendali, kesepian, kesalahpahaman
seksualitas dan kegagalan dalam keterampilan memecahkan masalah.
GENERASI LAPAR AYAH
(FATHER HUNGER)
Banyak orang berusia 23
tahun tapi psikologisnya seperti remaja 11 tahun. Kurang percaya diri
menyelesaikan masalah, serta tidak bisa mengambil keputusan secara mandiri dan
mantap. Hal ini terjadi karena pada usia 0-10 tahun, yang merupakan masa emas
pertumbuhan karakter anak, tidak mendapatkan karakter-karakter maskulin dari
ayahnya. Padahal ayahlah sumber terbaik untuk menyumbang pendidikan moralitas
serta perilaku berani memimpin, memiliki rasa percaya diri, mengambil sikap dan
berani memutuskan.
Generasi lapar ayah
atau fatherhunger menyebabkan anak hanya bisa menyelesaikan masalah jika tidak
dengan marah ya melarikan diri.
Generasi lapar ayah
lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan karena tergerusnya budaya dan nilai
positif masyarakat. Namun contoh baik masih ada di daerah Palangkaraya,
Kalimantan Tengah. Di sana ada tradisi sangat baik dan patut dicontoh. Yakni,
sebuah upacara yang memberikan kesempatan bagi para ayah untuk meminta maaf
pada anaknya di depan umum. Sementara di perbatasan Indonesia dengan Papua
Nugini, ada kebiasaan ayah yang baru pulang dari hutan akan berbagi cerita
dengan anak tentang apa saja yang dialami di hutan dan bagaimana cara ayah
menghadapinya.
Anak dapat mencontoh,
bahwa ayahpun bisa salah, namun harus bersikap rendah hati meminta maaf. Ayah
juga bisa memberikan gambaran seperti apa sebenarnya dunia yang harus dihadapi
dan solusi untuk memecahkan masalah.
Langganan:
Postingan (Atom)